Sep 12, 2011

STAR - Part. 1, 2, and 3.

STAR !



By. Deandreart.©

About this FF, I’m…

oke.. pertama.. FF ini udah pernah di publish di WP site saya sendiri dan sekarang pengen di post di sini juga.. part 1 sampe 3 di sini disatuin biar ga repot bikin 3 post.. tapi buat part selanjunya dipisah jadi part 4.. ga usah banyak omong dehh baca aja.. hahaha.. maaf ya mengecewakan :D



DON’T COPYING!

PLAGIATERS JUST GO AWAY!

COMMENT PLEASE!

Happy Reading!

:D

CAST :

Main Cast :

Jung Eunji
Yesung
Kang Minkyung
Choi Siwon

Other Cast :

Jung Byunghee
Jung Jaeni
Lee Minho
Yang Seungho
Choi Minho

Other SJ member and other Boy Band members.

♪— 스달 —♫

#Eunji

“Chogiyo! Jung Eunji-ssi?” seorang pria yang umurnya dipertengahan 30-an memanggilku. Ajussi itu memakai baju rapi, bahkan dengan dasi dan jas. Jangan-jangan ajussi ini penipu? Aku menatapnya berulang-ulang kali dari atas ke bawah, dari unjung kaki sampai ujunga rambutnya. Aneh, kenapa ajussi ini tahu namaku? Aku tak mengenal ajussi ini.

“nuguseyo?” tanyaku sopan.

Ajussi aneh ini tersenyum, “Jung Eunji-ssi, aku dari SM Entertainment, kemarin aku menyaksikan pertunjukanmu. Bakatmu sangat luar biasa.” Ajussi itu lalu memasukan tangannya ke saku-nya. Mencurigakan sekali. “apa kau tertarik untuk masuk ke SMent?”

“mwo?” aku menatapnya heran tak bergeming, “aniyo,” jawabku. Masuk ke SMent? Mungkin seharusnya aku berteriak-teriak senang karena akhirnya bakatku ini diakui dan akan membuatku menjadi seorang bintang. Haha—tidak. Aku tak tertarik pada hal semacam itu. Aku memang bisa menari dan menyanyi dengan baik, aku juga suka melakukannya. Itu juga karena halmeoni dan harabeoji yang mendukungku semenjak kecil.

“a—aniyo? Ahh~ Eunji-ssi, Jebal, masuklah ke SMent ya?” ajussi itu memohon lalu menyodorkan kartu nama kepadaku. “aku sudah memperlihatkan bakatmu itu pada CEO kami dan dia ingin kau masuk ke SMent.” ujarnya.

“lalu? Aku tak tertarik,” jawabku ketus. Siapa tahu ajussi ini cepat pergi.

“aah~ dan aku juga sudah minta izin pada orangtua-mu, mereka setuju,” ujarnya lagi.

Aku menatapnya sekilas lalu melangkahkan kakiku untuk pulang lalu bersantai di rumah dan menganggap hal ini tak pernah terjadi. Untuk apa? Lagipula aku mengikuti pertunjukan itu hanya mewakili sekolahku, dan itu juga karena kepala sekolah memintaku sampai memohon pada orangtuaku agar membujukku untuk ikut.

“Eunji-ssi, aku tahu halmeoni dan harabeoji-mu,”

Aku menghentikan langkahku pada akhirnya dan menatapnya tajam, “banyak orang yang tahu, memang kenapa? Bukan hanya ajussi yang tahu,”

“tapi tidak semua orang tahu kalau kau cucu mereka,” ucapnya tersenyum, seperti orang yang akan menang. “ayolah, kalau kau tidak masuk ke SMent, aku bisa dipecat,” dia memohon lagi.

Aku menghembuskan nafasku berat, memang berat. “aku pulang dulu, nanti aku pikirkan lagi,” aku mengambil kartu nama yang tanpa sadar ajussi itu julurkan kepadaku lalu segera pulang ke rumah. Aku lelah sekali.

스달 ~ ! ★

“MWO? Masuk ke SM Entertainment?!” sahabatku—Yoonji—memekik keras sampai aku harus menutup telingaku. Yoonji adalah satu-satunya sahabatku yang mempunyai volume suara yang bisa didengar dari atas gedung 5 lantai sampai ke lantai paling bawah. Maka itu sebenarnya berbahaya bercerita kepadanya, tapi karena sekarang para murid sudah pulang, tak apa. Bukannya aku tak punya teman lain untuk bercerita, tapi Yoonji itu satu-satunya temanku yang paling dekat denganku dari sekolah kanak-kanak. Lagipula yang lainnya tak dekat denganku karena menganggapku orang yang pendiam dan tertutup, padahal tidak tuh kalau sudah mengenalku.

“ne, menurutmu bagaimana? Masuk atau tidak?” tanyaku pelan. Berbeda dengan volume suara Yoonji yang takarannya berlebihan.

“Tentu saja kau harus masuk ke sana!!” jawabnya. Aku bisa tuli…

Aku menhembuskan nafasku berar. Apa aku masuk saja? Ini juga cita-cita halmeoni agar aku seperti dia dan harabeoji, karena itu halmeoni melatihku menari dan menyanyi semenjak aku kecil. Oppa, Eonni, Eomma juga Appa juga menyuruhku masuk ke sana. Aku sudah memikirkannya dari kemarin, tapi aku tetap tak tahu keputusan yang terbaik. “benarkah? Baiklah, akan aku coba,”

Yoonji tersenyum puas. “ahh chigu-ya~! FIGHTING~!”

Aku mengangguk dan tersenyum padanya.

Aku mengetikkan nomor dari kartu nama yang ajussi itu berikan kepadaku kemarin dan menekan tombol hijau. Dalam beberapa detik telepon sudah tersambung, “yeobosaeyo? Ajussi? Aku mau bicara.”

스달 ~ ! ★

“KAU MAU?! KAU MAU MASUK KE SMent?!” ajussi itu berteriak-teriak tak percaya sambil heboh menarik-narik tanganku kesenangan. “aaah~ Yoonho-imnida,” Ia menunduk sopan memperkenalkan dirinya.

“Jung Eunji-imnida,” aku memperkenalkan diriku sopan, walaupun dia sudah tahu namaku dan juga asal usulku.

“ayo kita langsung ke SMent!” dia menariku ke mombilnya yang Ia parkirkan di pinggir café kami bertemu tadi. Dia bawa mobil rupanya. Kupikir aku harus naik bus atau jalan kaki. Haha—

스달 ~ ! ★

Setelah berunding dengan CEO SMent langsung, aku akan memulai trainee-ku minggu depan dan pindah ke dorm SMent besok bersama pasangan duetku—aku akan menjadi duo penyanyi dengan seorang yeoja—bernama Kang Minkyung. Katanya dia juga baru masuk ke sini tadi. Sekarang aku mau pulang dan menyiapkan barang-barangku di rumah.

Aku berjalan di lobby, ramai sekali. Banyak gumulan-gumulan suara, entah tertawa atau suatu pembicaraan. Orang-orang berkerumun masuk ke gedung ini. Aku menatap mereka sejenak dan cepat-cepat berjalan melewati mereka.

“annyeong,” seseorang melambaikan tangan sambil tersenyum ke arahku? Mungkin orang lain. “Yaa!” dia memekik kesal. Kepadaku?

Aku menatap namja dengan pakaian yang sedikit aneh itu, “mwo?” memangnya dia mengenal aku juga?

“Kau! Bocah ini, tak mengenal aku?” ujarnya jengkel.

Memangnya siapa dia? Memangnya aku harus mengenal dia? “nuguseyo?” tanyaku dengan nada setenang mungkin.

“Eunhyuk-imnida! Tak kenal?!” tanyanya tak terima.

Aku menggelengkan kepalaku pelan. Siapa Eunhyuk? Siapa orang-orang yang menatapku dengan tatapan aneh ini? Ini karena namja ini memekik seperti tadi, orang-orang ini jadi menatapku seperti ini, “aniyo” ujarnku pelan.

“Yaa~ Eunji-ssi, kau tak mengenal mereka?” Yoon-ajussi tiba-tiba muncul di belakangku.

“aniyo, ajussi.”

“Yaa~ kau—ya sudahlah, kenalan saja,” ujar Yoon-ajussi lelah. “Dia Jung Eunji, trainee baru di sini,” ucapnya, secara refleks aku menundukan diriku sopan.

“annyeong-haseyo,” sapaku sopan.

“Annyeong, urineun Super Junio-eyo!” ujar mereka serempak. Jadi… ini Super Junior?

“Leeteuk-imnida,” namja dengan kaus dan scaft bergambar sayap di depannua memperkenalkan dirinya. “aku Leader Super Junior,” lanjutnya.

Namja dengan tubuh tegak dan tinggi juga dengan pakaian rapi—kemeja dan jas hitam—mengasongkan tangannya, “Choi Siwon-imnida,” ujarnya sopan. Omo~ namja ini kenapa tampan sekali?

“Cho Kyuhnyun-imnida,” ujar seorang namja dengan rambut ikal dan kulit yang putih.

“Yesung-imnida,” namja yang memakai kacamata berbingkai hitam tersenyum kepadaku.

“Lee Donghae-imnida,” namja ini memakai jaket kulit.

“Ryeowook-imnida,” namja ini memakai topi.

“Kim Heechul-imnida,” lalu namja ini kenapa seperti yeoja ya? Mungkin mataku yang salah.

“Shindong-imnida,” namja ini badannya lebih besar dari yang lain? Aku tak salah.

“Lee Sungmin-imnida,” terakhir? Namja ini rambutnya pirang. Apa dia orang luar negeri?

Aah~ banyak sekali. Membingungkan. Bagaimana aku bisa ingat mereka? Kukira Super Junior tidak sebanyak ini. Aku hanya mendengar lagunya dan tak pernah melihat orangnya. Ternyata, sebanyak ini…

“waeyo Eunji-ssi?” Tanya Yoon-ajussi melihat ekspresiku yang bingung ini.

Aku hanya menatap Ajussi yang biasanya cerewet itu, karena lelah sepertinya dia agak tidak bantak bicara. “ani, aku mau pulang, annyeong,” aku menunduk sopan berpamitan kepada semuanya lalu melangkah keluar dari gedung itu.

Aku masih membawa tas sekolahku dan masih memakai seragam sekolah lengkap—juga jaketku—sambil menunggu bus yang akan mengantarku pulang. Aku mengeluarkan ipod kesayanganku di tas dan memasang headseat-nya dan cepat-cepat masuk ke dalam bus yang baru datang. Duduk di kursi paling belakang sendirian sambil mendengarkan lagu-lagu pilihanku di ipod-ku ini.

Alasanku masuk ke SMent tentu saja karena halmeoni dan harabeoji, aku ingat apa yang halmeoni ucapkan padaku dulu, “Eunji-a, halmeoni dan harabeoji-mu ini ingin sekali melihatmu bernyanyi dan menari di atas panggung seperti kami dulu, andaikan umur kami sepanjang itu,” kenangku. Waktu itu umurku baru 10 tahun, halmeoni menggengam tanganku waktu di rumah sakit ketika harabeoji sakit keras.

Kalau bukan keinginan halmeoni itu, aku tak akan mengembangkan kedua bakat turunan dair mereka ini, mereka melatihku semenjak aku masih di sekolah dasar. Aku sangat menyayangi mereka lebih dari apapun juga. Halmeoni selalu baik kepadaku dan Byunghee-oppa dan Jaeni-eonni. Terutama kepadaku, halmeoni dengan rutin mengajakku berjalan-jalan, dengan sabar mengajariku menari juga melatih vokalku. Bahkan kasih sayang Eomma dan Appa saja kalah dari kasih sayang yang diberikan halmeoni dan harabeoji.

스달 ~ ! ★

#Minkyung

“kyungie-a,” panggi oppa-ku dari jendela lantai dua ketika aku baru saja memasuki pagar rumahku, “ada telepon,” ujarnya.

Aku berlari masuk ke dalam rumah dan segera mengambil telepon itu di dekat pintu kamar Eomma dan Appa, “yeobosaeyo?” sapaku.

“Kang Minkyung-ssi?” suara seorang ajussi yang asing menyebutkan namaku.

“ne?”

“Kang Minkyung-ssi, kau diterima di SMent,” ujar suara ajussi itu.

“mwo? Tapi aku tak pernah audisi di sana?” jawabku bingung.

“benarkah? Tapi namamu terdaftar di sini,” ujar ajussi itu, “ada rekaman video yang di kirim untuk audisi, dan kau diterima,”

Mworago? Igeo mwoya? Kapan aku mengirimkan video? Merekam video narsis seperti itu saja tak pernah. Aish… jangan-jangan… KANG MINHYUK!

“besok datanglah ke SMent,”

Aku baru saja mau menjawab telepon itu, tapi telepon itu sudah tak ada di tanganku. Kang Minhyuk sudah memegang telepon itu dan tersenyum penuh kemenangan.

“aah~ ne, Kang Minkyung-ssi terlalu senang untuk menjawab teleponnya, besok dia akan ke sana, kamsahamida,” dua menutup teleponnya.

“YAAA!! KANG MINHYUK!!” pekikku kesal. “Micheosseo?! JUKESHIPO?? Mwohaesseo?! AAH!! MICHIGEUTTA!!”

“kyungie-a,” panggilnya dengan tenang dan senyum terus mengembang di wajahnya, “jangan sia-siakan bakatmu itu,” ujarnya.

“tapi aku tak ingin menjadi penyanyi,”

“kau ingin, aku tahu kau ingin. Eomma, Appa dan Oppa-mu ini mendukungmu kok,” ujarnya. “datanglah besok ke SMent, otte?”

Aku tak bisa mengelak. Aku memang ingin sekali menjadi penyanyi, tapi entah kenapa aku menutupinya sendirian. Aku menarik nafas panjang sebelum menjawab apa yang Oppa-ku minta, “ne…”

스달 ~ ! ★

Omo~ aku benar-benar akan menjadi penyanyi? Kalimat itu terus terngiang-ngiang di kepalaku. Setelah datang ke SMent tadi siang, aku pulang ke rumah dan berkemas untuk pindah ke dorm. Aku tak tahu dengan siapa, katanya sih dengan seorang yeoja yang akan menjadi partner-ku.

Tapi bukan hanya itu yang membautku bersemangat untuk menjadi trainee dan menjadi penyanyi. Tentu saja karena aku tadi bertemu dengan Yunho-oppa dan Changmin-oppa, OMONA~ DBSK! Aku sangat menyukai mereka. Omoooo~ aku akan lebih sering bertemu dengan artis-artis seperti itu… SHINee, Super Junior, BoA, SNSD, f(x), banyak sekali, dan aku akan seperti mereka nantinya.

스달 ~ ! ★

#Eunji

“Kang Minkyung-imnida,” yeoja di depanku menunduk sopan memperkenalkan dirinya. Yeoja yang akan berpasangan denganku dan menjalani masa trainee bersama-sama. Dia sama sepertiku, tingginya sama, bahkan CEO SMent bilang kami mirip dan seperti anak kembar.

CEO SMent sangat bersemangat medidik kami menjadi penyanyi. Katanya juga, kami akan debut tahun depan dan hanya menjalani masa trainee selama setahun.

“Jung Eunji-imnida,” aku membalasnya dengan sopan juga.

“eonni pilih kamar saja duluan,” ujarnya.

“aah~ jangan panggil eonni, panggil saja namaku,” balasku. Aku tak suka dipanggil eonni, aku merasa jadi tua. Aku kan masih muda, tentu saja. Lagipula umur kami hanya berselisih 364 hari saja.

“ne, Eunji-ssi,” ujarnya.

스달 ~ ! ★

“ne Jaeni-eonni?” eonni-ku tiba-tiba menghubungiku. Setahu-ku, dia yang berprofesi sebagai model dan kadang bermain drama ini sibuk sekali, jarang-jarang menghubungiku.

“EUNJI-AAAA!!” pekiknya di telepon. Sepertinya dia senang sekali. “Ya~ Eunji-a, kau tahu tidak? Sudah ada berita tentang aku belum?” tanyanya antusias.

Barita apa? “belum, apa?”

“Aku akan main drama bersama LEE MIN HO!!” pekiknya senang. Hohoho— ternyata. Eonni-ku yang memang tergila-gila pada actor itu, pantas saja dia sampai heboh seperti ini. Aku akui, Lee Minho memang tampan sekali.

“aish~ chukae, Jaeni-eonni-yaa~ jangan lupa kau harus mentraktir aku ya! Annyeong!” aku menutup teleponnya. Aku sedang ada di perjalanan ke rumah sakit. Halmeoni yang sudah lama di rawat di sana semenjak penyakitnya kambuh dan semakin parah.

Hari-hari menjadi trainee juga sudah dimulai semenjak seminggu yang lalu. Aku sibuk sekali. Baru hari ini aku bisa beristirahat dan menjenguk halmeoni di rumah sakit.

Aku membuka ruangan rawat helmeoni perlahan. Seperti biasanya, terdengar suara dengtingan alat kedokteran yang—aku tak tahu namanya—terus berbunyi di samping tempat tidur halmeoni.

“Halmeoni, sehat?” ujarku pelan, entah, setiap melihat helmeoni seperti ini, aku sedih sekali. Rasanya ingin menangis karena halmeoni tak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaanku. “mianhae aku baru sempat menemui halmeoni lagi,” aku menggenggam tangan halmeoni yang sudah keriput. “halmeoni, aku sudah menjadi trainee di SMent. Sebentar lagi aku akan seperti halmeoni dan harabeoji, halmeoni nanti akan melihat aku kan?”

스달 ~ ! ★

#Minkyung

Eunji-eonni membuka pintu dorm dalam diam lalu langsung masuk ke kamarnya. Aneh sekali. Walaupun baru mengenal dia beberapa saat, tapi aku tahu biasanya Eunji-eonni tidak seperti ini. Dia orang yang ceria, awalnya aku pikir dia orang yang pendiam karena setiap hari memakai jaket dan menutup kepalanya dengan topinya.

Dia keluar lagi dari kamarnya dengan wajah muram.

“Eunji-a, waeyo? Gwaenchana?” ujarku cemas.

“aniyo, gwaenchana,” ujarnya, dia melangkah ke pintu dorm, “aku pergi dulu,” lanjutnya dengan senyum yang dipaksa. Aneh sekali.

Mau kemana malam-malam begini? Sudah seharian ini pergi lalu pergi lagi? Hari ini Eunji-eonni aneh sekali.

스달 ~ ! ★

#Yesung

“ne hyung, aku mau mengambil dompetku, tertinggal waktu latihan tadi,” aku menutup handphoneku lalu bergegas ke ruang latihan, gedung ini sudah sepi. Menyeramkan.

Aneh. Malam-malam begini, kenapa lampu ruang latihan menyala? Pintunya juga terbuka sedikit.

Karena penasaran aku mengintip sedikit ke dalam. Seorang yeoja menari sendirian dengan headseat terpasang di telinganya. Hantu?

Itu Jung Eunji. Menari sendirian di malam-malam begini? Bukannya hari ini dia tak latihan? Apa tidak merasa kepanasan memakai jaket terus dan menari seperti itu? Yeoja itu aneh.

Lihat saja, air menetes ke lantai studio latihan karena dia. Dia pasti kepanasan.

Aniyo… yeoja itu, menangis. Itu bukan keringat. Aku melihat dia meneteskan air mata dari pantulan kaca di depannya.

Dia menginjak air matanya lalu terpeleset dan jatuh. Yeoja itu merintih kesakitan memegangi kakinya.

Apa yang harus aku lakukakan? Daripada menontonnya seperti ini bukannya aku harus menolongnya? Bukankah jahat jika aku hanya membiarkannya? Tentu saja aku harus menolongnya.

Yeoja itu tertunduk di lantai masih memegangi kakinya.

Aku menghampirinya, “appeo?”

Dia tak menjawabku dan hanya menunduk merintih kesakitan. Samar-samar aku mendengar isakan tangisnya.

“Chankanman,” aku meninggalkan dia sejenak untuk mengambil dompetku yang rupannya terjatuh di sudut ruangan ini. Ketika aku akan menghampirinya lagi, yeoja itu malah mencoba berdiri sendiri lalu terjatuh lagi dan berteriak kesakitan. “YA! Kau anggap apa aku?” ujarku tak terima.

Aku berjongkok di depan yeoja itu, “naiklah,” ujarku. Lama sekali tak ada respon darinya, “Yaa~ palliwa! Naiklah!”

Dia menurut dan naik ke punggungku. Dia melingkarkan lengannya di leherku, “kamsahamida, sunbaenim,” ujarnya pelan.

Ternyata yeoja ini bisa bicara juga. Aku sangka dia akan terus diam sepanjang waktu kepadaku. Sepanjang jalan aku mengajaknya mengobrol, dia bisa meresponku dengan sangat baik.

“kau boleh memanggilku oppa,” ujarku.

“andwae, aku akan memanggilmu ajussi,” jawabnya lalu tertawa.

Apa yang dia katakan? Apa aku salah dengar? Dia akan memanggilku ‘ajussi’?

“Mwo? Yaa~ aku akan memanggilmu bocah! Lagi pula yang biasa dipanggil ajussi itu kan Leeteuk-hyung! Bukan aku!” aku membela diri. Ternyata yeoja ini, seperti ini… tak seperti dugaanku. Menarik.

“kalian memang sudah seperti ajussi kok! Seharusnya kalian menjadi Super Senior!”

“Ya! Bocah! Sudah sampai ke dorm-mu nih!” ujarku, aku mengetuk pintu. Tak ada jawaban. Lampu juga sudah dipadamkan. Kosong?

“Chankam,” terdengar suara gemericik logam lalu yeoja itu mengasongkan kunci dari belakang, “kenapa ajussi tidak menurunkanku saja?” tanyanya.

“Tadi saja kau berdiri sudah terjatuh lagi, bagaimana kalau kaki-mu semakin parah? Kau tak bisa menari kan? Sudahlah,” aku membuka pintu lalu membawa yeoja itu ke kamarnya dan menurunkannya di tempat tidurnya. “dapur di mana?” tanyaku.

“Sebelah kiri dari kamar ini,” jawabnya. Aku bergegas ke dapur dan mencari air hangat lalu membasahinya dengan air hangat untuk yeoja itu. “ajussi ini terlalu basah!”

“Yaa~! Yang penting bisa menyembuhkan kakimu!”

Setelah selesai aku kembali menaruh handuk itu ke tempat semula, lalu kembali untuk pamit pulang.

Tiba-tiba kakiku terasa licin. Paboya. Aku menginjak air tetesan handuk itu.

Aku jatuh tepat di atas yeoja itu yang jadi terkaget. Untung aku bisa menyangga tubuhku. Dia bisa mati kalau tertindih aku. Lihat saja tubuhnya yang kecil.

“Yaa! Ada apa ini—OMO!” suara seorang yeoja mengagetkanku.

Aku cepat-cepat bangun, “mianhaeyo, aku—aku terpeleset,” ujarku. “a—aku pulang dulu, annyeong,” aku tersenyum kecil lalu bergegas pulang.

Jantungku tanpa kusadari berdegup lebih keras dari biasanya. Apa yang terjadi? Naega wae?

PART 2

스달

#Yesung

“Hyung! Dari mana?” tanya Kyuhyun ketika aku baru saja masuk ke dorm. Hanya ada kyuhyun di sana.

“mengambil dompetku, tadi tertinggal,” jawabku lalu tanpa basa-basi lagi masuk ke kamarku. Aku meraba kantung celana tempat aku menyelipkan dompet itu.

Tak ada. Kosong. Dompetku tak ada di sana.

Aish! Terjatuh lagi? Dimana?!

스달 ~ !

#Eunji

“Yaa~ Eunji-a, tadi Yesung-sunbae kan? Ada apa? Apa yang terjadi?” tanya Minkyung curiga. Yeoja itu lalu duduk di tempat tidurku.

Aku menggeleng pelan, “aniyo, tak ada apa-apa. Aku tadi terkilir dan dia menolongku.” jawabku. “tadi dia terpeleset air yang dia bawa sendiri,” lanjutku.

Aku menatap sesuatu yang tergeletak di lantai tak jauh dari kakiku. Dompet? Aku segera memungut benda itu. Ini milik Yesung-subae-ajussi-oppa. Ada kartu pengenalnya, ada kartu nama juga(?), aku memasukkan nomor handphone yang tertera di sana ke dalam handphone-ku.

스달 ~ !

#Yesung

“hyung! Ada SMS!” Ryeowook, yang sekamar denganku mengasongkan handphone-ku yang tadinya terletak di tempat tidurku ketika aku baru saja selesai mandi. Dia berdeham kecil sambil tersenyum. Ada apa dengannya?

Ajussi, dompetmu tertinggal.

-Jung Eunji

SMS itu sudah dibuka. Ryeowook sudah membukanya?

Dia berdeham lagi. “apa hubunganmu dengan Jung Eunji, hyung?” tanyanya kemudian.

“kenapa kau membuka SMS-ku?” tanyaku balik tak terima.

Dia tersenyum malu, “mian, hyung. Nomor handphone-nya tak di ketahui, jadi aku buka.” Jawabnya. “jadi… hubungan kalian…?”

“aniyo, tak ada apa-apa.” Jawabku singkat atas pertanyaan penuh kecurigaan yang dia lontarkan tadi.

Syukurlah ada di sana. Besok aku ambil ya?

Gomawoyo aenma! :)

Bagaimana dengan kakimu?

-Yesung

Tak lama aku membalas SMS-nya, aku mendapat balasan lagi darinya.

Kakiku sudah tak sakit. Kamsahamida, ajussi.

-Jung Eunji

“kakiku sudah tak sakit, kamsahamida, AJUSSI?” suara Ryeowook terdengar di belakang telingaku. “Yaa~ hyung, kau tahu? Tak lama lagi kau akan bilang padaku kalau kau menyukai yeoja itu, lalu kau akan berpacaran dengannya—itu juga kalau diterima—lalu akan membuat skandal. Lagipula, kenapa dia memanggilmu AJUSSI?” Ryeowook tertawa.

Memangnya lucu mengolok-olok aku?

“YA! kalau kau berada di posisi aku sekarang, bagaimana? Dia bilang kita seharusnya menjadi SUPER SENIOR! Berarti kau akan di panggil AJUSSI juga olehnya! Dia itu aneh! Yeoja yang aneh!” balasku tak terima.

“hm… yeoja itu aneh? Berarti… dia sama sepertimu, hyung. Sama-sama aneh,” sanggah namja itu lalu pergi tidur. Aish. Kenapa dongsaeng-ku ini seperti ini?

Sebaiknya aku juga tidur. Tapi… hal yang membuatku penasaran. Kenapa yeoja itu menangis?

스달 ~ !

“Ajussi! Ini dompetmu!” Jung Eunji berlari kecil ke arahku yang baru saja datang bersama member yang lain. Dia menyebutkan kata ‘Ajussi’ keras sekali. Lebih keras dari pada kalimat yang lain. Yeoja ini…

“ne, gomawo ‘bocah’!” ujarku membalas yeoja itu, menekankan kata ‘bocah’ lebih keras. Aku mengambil dompetku di tangannya. Beberapa member—bahkan hampir semuanya kalau Leeteuk-hyung dan Siwon ada di sana—menatap kami dengan tatapan aneh, bingung, curiga, dan ada juga yang tersenyum-senyum sendiri.

“AJUSSI, annyeong!” dia tersenyum lalu melangkah pergi.

Aku masih berdiri di tempat yang sama dan mengamati yeoja itu dari kejauhan. Sebelum dia menghilang dari pandanganku, yeoja itu berheti di tempat itu dan mengangkat handphone-nya ke telinganya. Aku tak dapat mendengar apapun, tapi tiba-tiba saja handphone-nya terjatuh dari tangannya. Sepertinya yeoja itu terkejut.

Karena penasaran, aku menghapiri yeoja—yang tiba-tiba terduduk di lantai membelakangiku—itu. Aku berlari ketika mendengar isakan tangisnya.

“Eunji-a, waeyo?” ujarku perlahan. Aku berjongkok di depannya.

Dia menangis sedih, wajahnya pucat dan panik, wajahnya sudah penuh dengan air mata. “halmeoni,” ujarnya di sela-sela isakannya. “…meninggal…?” ujarnya tak percaya.

Aku memeluknya. Berusaha menenangkan yeoja ini di dalam pelukanku.


스달 ~ !

#Kyuhyun

“ada yang aneh dengan yeoja itu,” ujar Ryeowook-hyung ketika Yesung-hyung berlari menghapiri yeoja yang tadi kami perhatikan bersama-sama dengan Yesung-hyung.

Kami menghapiri mereka berdua. Yesung-hyung memeluk yeoja yang ternyata sedang menangis.

“halmeoni,” rintih yeoja itu di sela-sela tangisannya. Air matanya terus berjatuhan. Yesung-hyung berusaha menenangkan yeoja itu dan menghapus air matanya.


스달 ~ !

#Yesung

Aku mengantar Eunji ke rumah sakit tempat halmeoninya untuk melihat halmeoninya terakhir kali. Dia tak berhenti menangis, padahal baru saja aku melihat yeoja itu tersenyum kepadaku.

Yeoja itu menangis memeluk halmeoninya, eomma dan appa-nya juga menangis memeluk Eunji dan halmeoni-nya yang memejamkan matanya di tempat tidur dengan tenang.

“Mana Byunghee dan Jaeni?”tanya appa Eunji tegas walaupun air mata masih menggenang di pelupuk matanya.

“Byunghee masih sedang dalam perjalanan ke sini, Jaeni sedang di US,” suara eomma-nya Eunji bergetar.

Tak lama aku berdiam di sana, seorang namja datang tergesa-gesa ke kamar rawat yang sedang berduka itu. G.O atau Jung Byunghee menatap semua orang di ruangan itu dengan mata yang basah karena air mata.

Aku segera pamit dan memberi hormat untuk Jung-halmeoni, eomma, appa, dan oppa-nya Eunji juga pada Eunji.

스달 ~ !

Keesokan harinya aku bersama SM Family datang ke pemakaman Jung-Halmeoni bersama-sama.

Jung Eunji tak menangis, tapi wajah yeoja itu pucat sekali menatap foto halmeoni-nya.

Setelah memberi hormat, President SMent pamit pulang lebih dahulu bersama beberapa member DBSK dan SNSD yang hari ini ada kegiatan. Aku memutuskan untuk diam di sini lebih lama.

Minkyung berdiri di samping Eunji dan mengajak yeoja itu berbicara, yeoja itu hanya membalasnya dengan anggukan kecil dan senyum tipis seadanya.

“ayo, hyung,” Donghae menepuk punggungku pelan.

Aku mengangguk kecil pada namja itu lalu melangkah mengikutinya dari belakang sambil memperhatikan yeoja yang benar-benar terlihat lemas itu. Kedua kakak-nya Eunji—Byunghee dan Jaeni (sepertinya)—juga dalam keadaan yang sama dengan yeoja itu.

스달 ~ !

Sudah beberapa minggu semenjak hari itu. Eunji masih belum menampakan dirinya di gedung SM ini. Begitu juga partnernya—Kang Minkyung—tak terlihat di sini.

“Jung Eunji? O-odiya?? Mwo? Dia mau mengundurkan diri?”Yoon-hyung memekik panik di handphone-nya, “ne, aku akan berbicara dengannya,”

Aku mengikuti Yoon-hyung berhati-hati. Namja itu menuju ruang rapat.

Aah~ aku tak dapat mendengar apapun dari luar sini, pintunya tertutup rapat.

#Eunji

“andwaeyo, Eunji-ssi, kau tidak boleh keluar,”ujar Lee Sooman-songsaenim tegas. “coba kau pikirkan lagi, Eunji-ssi. Jangan sampai kau menyesal,”lanjutnya.

Aku mengangguk pelan, “akan aku pikirnkan,” ujarku lalu menuduk sopan dan pamit.

Untuk apa aku melanjutkan trainee ini kalau halmeoni sudah tak ada? Tujuanku dari awal hanya untuk halmeoni. Kenapa aku harus melanjutkan ini? Untuk siapa? Untuk apa?

Kakiku melangkah keatap gedung ini, tempat biasanya aku beristirahat seusai latihan. Hanya di sini aku bisa merasa tenang, sendirian.

Sudah seminggu halmeoni meninggal. Aku merasa sangat kehilangan dan sedih sekali, karena tak ada topangan lagi untukku. Aku merindukan halmeoni dan ajaran-ajaran tegasnya ketika aku salah dalam gerakan menari, juga ketika aku salah mengatur nada, walaupun sudah tua, halmeoni memperagakan semuanya kepadaku dengan sangat baik.

“Eunji-a,” seorang namja muncul perlahan dari balik pintu. Yesung-sunbae. “waeyo?” tanyanya lembut, “kenapa kau mau mundur?”

Aku menggeleng kecil, “aku sudah tak ada tujuan lagi di sini,”ujarku, “dari awal aku menjadi trainee karena halmeoni, dan sekarang halmeoni—”

Air mataku mengalir lagi. Setiap berbicara tentang itu aku tak dapat menahannya. Tapi kenapa harus sekarang? Kenapa harus di depan namja ini lagi? (-__-)

Dia menghapus air mataku dengan jarinya. Apa yang dia lakukan? (Huahahaha~)

“kau yakin?” ujarnya, “bagaimana dengan keinginanmu?”

“molla,” aku menggeleng.

”jadilah penyanyi, Eunji-a,” ujarnya, “untuk dirimu, untuk eomma dan appa-mu, juga oppa dan eonni-mu,” lanjutnya. “juga untukku,”

Mworago? Apa yang dia katakana tadi? Dia bilang apa? (-__-)

스달 ~ !

#Minkyung

“excuse me, sorry miss, can you give me a favour?” tanya seorang turis kepadaku, sepertinya tidak tahu Korea sama sekali. Padahal aku baru saja datang ke SM setelah lama izin karena suatu kepentingan.

“yes? What can I help you, sir?”

“ahh~ thank you, miss. How I can reach Busan from here?”

“itu… by bus… from here… it’s…” Mwo? Aku tak tahu jalan ke busan. Aku tak pernah ke sana dengan kendaraan umum. (-___-) lagipula kepalaku sakit karena berdiri di tengah matahari dengan perut kosong seperti ini.

“may I help you, sir?” ujar seorang namja yang baru saja datang dan berdiri di sebelahku, Choi Siwon. Namja itu menjawab pertanyaan turis itu dengan lancar. (*.* bayangin tuh SIWON!!)

Turis itu berterima kasih lalu pergi ke jalan yang ditunjukkan padanya tadi oleh Siwon-sunbae. Lalu namja itu tersenyum padaku. Omo…

“kamsahamida, sunbaenim,”

“cheonmaneyo,” balasnya, “kau pucat, gwaenchanayo?”

“ah, ne, gwaenchana, hanya anemia,”

#Siwon

“ah, ne, gwaenchana, hanya anemia,” jawab yeoja itu. Wajahnya pucat sekali. Apa ini benar-benar tidak apa-apa?

Tangannya menyentuh keningnya dan tiba-tiba hampir terjatuh kalau saja aku tidak menopang tubuhnya untuk tetap berdiri.

“jinjja gwaenchanayo?”

Dia menggeleng pelan, “aniyo,” ujarnya lemas.

“tampaknya memang tidak, bagaimana ini bisa dibilang baik-baik saja?” aku mengangkat tubuh yeoja itu dan menggendongnya sampai ke dalam gedung SM.

“ya~ Siwon-sunbae,” gumamnya tak terima. Wajahnya memerah karena malu. Lucu sekali yeoja ini. (bayangin, digendong Siwon kaya putri yang digendong sama pangerannya -_-)

Aku membawa yeoja itu ke cafeteria dan memesan dan mambawakan teh untuknya, “minum ini,”

“kamsahamida, sunbae,” dia meminum teh-nya.

“Minkyung-a, kenapa kau tidak memanggilku ‘oppa’?”

스달 ~ !

#Minkyung

“Eunji-a, kau tidak jadi mengundurkan diri, kan?” tanyaku pada Eunji-eonni (tidak enak kan kalau aku hanya memanggil namanya? Eunji-a? aku merasa seperti tidak sopan… -_-) yang baru saja pulang ke dorm setelah sekian lama tidak pulang ke sini dan tinggal di rumah orang tua-nya.

Sebenarnya aku juga sudah lama tidak pulang ke dorm ini.

Eunji-eonni mengangguk pelan, “ne,” dia tersenyum.

“syukurlah, kalau kau mengundurkan diri bagaimana nasibku nanti. Ahh~ eon—Eunji-a, apa terjadi sesuatu?” tanyaku curiga. Aneh saja, tidak biasanya Eunji-eonni bisa mengubah keputusannya dengan mudah. Dan senyumannya itu… aku tahu Eunji-eonni sehabis menangis lagi, lalu kenapa sekarang tersenyum?

“ani, wae? A—Apa seperti terjadi sesuatu?” jawabnya dengan nada aneh. Isange~

“Eunji-a nanti kau harus menceritakan semuanya padaku,” ujarku. “nah, sekarang aku dulu yang mau bercerita,”

Eunji-eonni duduk di sofa lalu menatapku bersemangat, “palliwa, mwoya?” katanya tak sabar.

“sebenarnya…” aku menunjukkan jari manisku, cincin yang biasanya tidak aku pakai sekarang melingkar di sana, “bisa dibilang sekarang aku sudah bertunangan, tapi tidak dibilang bertunangan juga sih,” jelasku.

“Mwo? MWORAGO?!” pekiknya terkejut dan matanya membulat karena kaget. “Mwo?” dia mengulang pertanyaan itu lagi, “jinjjayo?”

Aku mengangguk, “ne, minggu lalu aku diminta appa dan eomma pulang ke rumah, ternyata aku mau dijodohkan dengan anak temannya dulu. Awanya aku menolak…”

*Flashback*


“MWO? DIJODOHKAN?! ANDWAE!!” pekikku terkejut setengah mati sampai bulu kudukku berdiri semua dan mataku serasa akan keluar. Semur hidup, aku tak pernah membayangkan hal ini akan terjadi kepadaku. (-__-) “appa! Andwaeyo! Jebalyo,” rayuku manja pada appa yang selalu memanjakanku seumur hidupku ini. Tiba-tiba saja appa mengatakan akan menjodohkan aku dengan anak temannya. Hari ini. Bagaimana aku tidak terkejut?!

Appa hanya memintaku untuk pulang ke rumah hari ini, dan ternyata semua penghuni rumah sudah bersiap-siap akan pergi lalu mendandani aku. Sesudah itu aku langsung di duruh naik ke mobil.

“tidak bisa, kyungie-a, sebentar lagi kita sampai ke restaurant itu. Lagi pula, kalau kau menolak, bagaimana dengan harga diri keluarga kita? Appa akan malu sekali karena orang itu adalah anak dari teman Appa sendiri.” Jawab Appa dengan lembut. Ini yang tidak bisa aku tolak dari Appa-ku ini. (-_-)

“Kyungie-a, sudah sampai” ucap eomma ketika mobil kami masuk ke tempat parkir restaurant besar bergaya eropa classic yang sangat mewah ini. Omo… dengan siapa aku akan bertunangan di restaurant semewah ini?!

Setelah masuk ke restaurant ini, kami di antar ke ruang VVIP yang sudah dipesan. Bahkan sudah ditunggu.

Jantungku jadi berdebar-debar seperti ini… eotthokhe?! Bagaimana kalau aku dijodohkan dengan seorang ajussi? Aigoo… atau parahnya dengan anak kecil usia 12 tahun? Tidak mungkin. Pabo, Minkyung-a!

Aku melihat sosok namja itu dari belakang, masih muda sepertinya. Siapa tahu namja itu tampan… atau…? Aish!

“ah~ Jihoon-a, akhirnya datang juga,” ujar teman Appa itu, bangkit dari tempat duduknya dan memeluk Appa dengan ramah dan penuh kerinduan seperti dua orang teman lama (eh… memang teman lama…)

“aigoo~ Minkyung-a?! Nomu Yeoppona!” istri teman Appa yang tadi berbincang sekilas dengan Eomma sekarang memelukku hangat.

Namja yang akan dijodohkan denganku berdiri dari tempat duduknya dan berbalik—namja itu… Choi Siwon?

Mataku pasti sudah rusak.

Jangan-jangan aku berhalusinasi? Atau berkhayal?

Aniyo. Ini pasti mimpi.

“aduh!” aku menjerit terkejut ketika tanganku dicubit kecil oleh Kang Minhyuk. “oppa! Mwohaesseo?! Appeo,” aku mendesis pelan pada oppa-ku yang senang sekali menjahiliku itu. Sekarang namja itu sedang tersenyum dan menatap namja yang akan dijodohkan denganku itu.

“kau tidak bermimpi kok,” bisiknya cepat di telingaku.

“ayo duduk! Kita mulai saja acaranya,” ujar Choi-ajussi dengan bersemangat.

Kami duduk berhadapan (aku dan Choi Siwon). Mendengarkan para orang tua kami yang membicarakan masa depan kami dan acara ini.

Aku benar-benar bertunangan dengan namja ini? Aku benar-benar tak percaya ini. Bagaimana mungkin ini terjadi?

Pertunangan dilakukan sekarang juga. Aku dan Siwon-oppa saling mengaitkan cincin tanda ikatan itu di jari manis kita.

Choi Siwon tersenyum. Igeo namja, kalau bukan karena Appa, aku tak mau bertunangan dengannya. Aku tak akan menerima namja yang sudah meninggalkan aku tanpa berkata apapun kepadaku dulu. (walaupun melihat tatapan dan senyumannya itu bisa meracuniku dengan pesonanya itu…)

Aish! Michigeutta!!

*Flashback End*

“MWOYA? NUGU? CHOI SIWON?!” pekikan Eunji-eonni semakin keras. “tapi bukannya… dulu dia pernah meninggalkanmu? Yah, walaupun namja itu tampan sekali,”

“ne, dia seperti tidak ingat kejadian itu. Aish! Namja jahat itu…” aku melepaskan lagi cincin itu dari jariku. Kalau ingat kejadian itu, rasanya aku ingin membuang cincin ini. Untuk apa aku masih menyukainya? Untuk apa aku merasa senang bertunangan dengannya? Tak sepantasnya aku senang karena dia!

스달 ~ !

#Yesung

“Hyung!! Yaa~ Kau melamun?!” Kyuhyun memukul punggungku keras sekali. Appeo… “aah~ aku tahu! Jangan-jangan… hyung kau—”

“Mwo? Aniyo,” aku menggelengkan kepalaku. Kepalaku yang sekarang penuh dengan yeoja itu. Jung Eunji. Aish… michigeutta…

“Jung Eunji?” Kyuhyun menyebutkan nama yeoja itu! Tahu dari mana dia? “hyung pasti menyukainya kan? Ryeowook menceritakan semuanya,” dia tertawa.

Aku menatapnya tajam sampai dia menghentikan tawanya itu. Percuma. Dia tidak berhenti.

“ahh~ Kyuhyun-a, eotthokaeyo? Apa yang harus aku lakukan?”

“beri dia hadiah? Ajak dia jalan-jalan? Bilang perasaanmu padanya ketika dia sudah menyukaimu juga, jadi kau tidak akan ditolak olehnya,” jawab si maknae ini. Sejak kapan dia tahu hal seperti ini?

“ah… apa yang harus aku berikan kepadanya?” yeoja itu… menyukai apa? Suka memakai jaket setiap hari? Isange…

“Jung Eunji menyukai apa?” tanya namja itu balik.

“Molla…” apa….? apa aku benar-benar harus membelikan dia jaket? “jaket? Dia memakainya setiap hari.”

“Isange… tapi, belikan saja, hyung! Kalau dia memakainya kan membuatnya mengingatmu,” ujarnya. Benar juga. “dan ajak dia jalan-jalan!”

“oke, aku pergi sekarang juga dan akan mengajaknya jalan-jalan, sekarang!”

스달 ~ !

#Eunji

”Chogiyo! Eunji-ssi!” suara seorang namja menghentikan langkahku.

Choi Siwon? Mau apa dia?

“Mwo?” tanyaku bingung.

“Igeo., Kenapa Minkyung selalu menolak ajakanku?” tanyanya.

Mana aku tahu? Apa dia amnesia? Kenapa bertanya padaku? Ingin sekali aku memekikan pertanyaan-pertanyaan itu padanya.

“molla,” jawabku singkat. Baru saja aku melangkah beberapa langkah, namja ini menarikku. “Mwoya?”

“beri tahu aku,” ujarnya. Kalau saja namja ini tidak tampan, aku pasti sudah memukulnya dengan tanganku sendiri. Siapa tahu dia ingat.

“Aish! Mollayo!! Molla! MOLLA!!” ulangku dengan suara yang lebih keras, “sunbae pikir saja sendiri!”

“Jebalyo! Beri tahu aku,” dia menarikku lagi. Kenapa dia begitu keras kepala? Tuhan… izinkan aku memukul namja ini. Aku kesal sekali padanya.

“Siwon-a?! Mwohaesseo?” Yesung-ajussi-oppa-sunbae tiba-tiba muncul. Aish… namja ini. Dia berbahaya… dai bisa membuat aku mengubah keputusanku dengan mudah. (-__-)

“ajussi, mwohaesseo?” tanyaku balik padanya.

“Mwo?” Siwon-sunbae bingung menatap kami berdua.

Aku tak mengerti. Aku bingung. Apa ini?

“Eunji-a, ayo ikut aku,” Yesung-ajussi-oppa-sunbae menarik aku menjauh dari Siwon-subae. Syukurlah. Tapi.. apa yang dia lakukan?

“YA! Hyung! Mwohaesseo?!” Siwon-sunbae memekik bingung dari tempatnya.

Aku juga bingung. Sebenarnya, apa yang terjadi?

“Aku mau mengajaknya jalan-jalan! Annyeong!” jawab namja ini tersenyum senang.

Mwo? Jalan-jalan? Igeo namja paboya? Aku tak mengerti apa yang ada di pikirannya. Kenapa mengajakku jalan-jalan? Untuk apa? Apa dia pikir orang-orang tidak akan mengenalinya? Bagaimana nasibku kalau dia dikenali orang lain?


PART 3

스달

#Yesung

Betapa terkejutnya aku ketika melihat yeoja bernama Jung Eunji ini tangannya dipegang dan ditarik oleh Choi Siwon. Bagaimana kalau yeoja ini jatuh cinta pada Siwon seperti yeoja-yeoja lainnya?

Aku langsung membawa yeoja itu cepat-cepat pergi dari Swion. Terpaksa aku mengajak yeoja ini dengan cara seperti ini.

“Ajussi, micheosseo?” ujar yeoja itu. Baru saja aku membuka pintu mobilku untuknya dan mempersilahkan dia masuk ke mobilku.

“naiklah dulu,” responku setenang mungkin. Setelah dia menurut lalu masuk ke mobilku, aku juga segera melangkah dan duduk di balik kemudi mobil hitamku ini.

Aku tersenyum dan menatapnya.

“Mwo? Kenapa tersenyum seperti itu?” tanya yeoja itu dengan sejuta tanda tanya di wajahnya.

Aku hanya membalasnya dengan senyum, lalu mengambil tas kertas di kursi belakang lalu memakai kacamata dan topi di dalamnya. Aku mengambil tas lain di tempat yang sama dan memberikannya pada yeoja itu.

“igeo mwoya?” dia menatapku dengan ekspresi yang sama. Dia membukannya karena hanya dapat senyuman dariku, lalu mengeluarkan jaket berwarna putih yang aku belikan untuknya. “ajussi, kenapa kau memberi aku ini?”

“Waeirae? Kau tak suka?” aku terus tersenyum seperti ini apa cukup untum membuatnya menyukaiku? Seperti senyum Siwon yang membuat orang tergila-gila itu.

“Johahae, gomawopta,” jawabnya bingung.

“cheonmaneyo, pakailah,” responku, sama.

Dia menurut dan memakainya, lalu tersenyum padaku.

Aku segera menyalalakan mesin mobilku lalu menuju ke tempat tujuanku, Myeongdong. Aku akan mengajaknya berkeliling setelah itu ke Handel and Gratel. Yeoja ini harus bersiap-siap berhadapan denganku setiap hari, aku akan selalu mencarinya walaupun dia bersembunyi dariku dan terus mendekati dia sampai dia menyukaiku.

스달 ~ !

#Siwon

Aish! Jinjja, Yesung-hyung! Seenaknya saja dia membawa Jung Eunji. Padahal aku belum mendengar jawaban lain kecuali ‘molla’ dan ‘pikir saja sendiri’ dari mulut yeoja itu.

“Minkyung-a!” aku memanggil yeoja yang baru saja berjalan masuk SMent. dan menuju ke arahku tapi tak melihat aku? “Minkyung-a waeirae?” aku menarik tangannya ketika dia malah berjalan melewatiku.

Dia hanya menatapku datar.

“ayo makan siang bersama,” ajakku yang aku sudah tahu dia pasti tak akan menerima ajakanku itu, bahkan berbicara saja tak akan. Tanpa menunggu jawabannya aku sudah menyeretnya ke cafeteria.

Aku duduk di depannya setelah memesan makanan, dan menatap jari manis yeoja itu yang kosong, “kau tidak memakai cincinnya?”

Dia menatapku sekilas lalu memalingkan wajahnya lagi, “aniyo, sunbae,”

“waeyo, Minkyung-a?”

“sunbae, berhenti menatapku seperti itu!” pekiknya lirih.

“waeirae, Minkyung-a?” aku punya banyak pertanyaan terhadap sokapnya yang tiba-tiba seperti ini kepadaku.

“sunbae, apa kau pikir aku sudah lupa pada masa lalu kita itu? Apa kau yang sudah melupakannya? Kau pikir itu masalah kecil? Kau pikir aku tidak sedih karena itu? Kau meninggalkan aku! Kau tiba-tiba menghilang walaupun aku sudah menghubungimu dan mencarimu! Kau selalu mengingatkan aku pada hal itu!” matanya menatapku tajam dengan air mata di pelupuknya.

Tak aku sangka dia marah karena hal itu. Paboya, Siwon. Kau pikir dia akan melupakan masalah itu kalau kau mengajaknya bertunangan? Tunangan itu memang permintaanku, bukan permintaan Appa pada keluarga Kang.

“Minkyung-a, mianhae,” ujarku lembut.

Dia berdiri lalu melangkah pergi. Aku cepat-cepat menyusulnya dan menarik tangan yeoja itu. “aku tak bermaksud pergi tanpa mengucapkan apapun padamu, tapi saat itu aku benar-benar harus pergi cepat-cepat, aku tak tahu pergi berapa lama, aku tak bisa bilang ‘tunggu aku’ karena itu, aku juga tak bisa bilang ‘aku akan pergi’ karena takut menyakiti perasaanmu. Aku memang bodoh karena melakukan itu, tapi perasaanku tak berubah padamu, Minkyung-a. Mianhae,” aku tahu dia tak akan memaafkanku.

“mianhae? Kau seharusnya mengucapkan itu 5 tahun yang lalu!” ucapnya lirih lalu melangkah tanpa menghiraukan aku yang mencoba menahannya.

스달 ~ !

#Yesung

“hyung! Kenapa kau tiba-tiba menarik dan membawa Jung Eunji?!” ujar Siwon ketika melihatku baru saja pulang mengantar Jung Eunji ke Dorm-nya.

Hari ini menyenangkan sekali. Kami berkeliling Myeongdong, makan es krim, melihat pet shop, melihat banyak barang lainnya, dan sempat bermain-main di game center, lalu ke Handel and Gratel.

“Ya! Hyung kenapa malah senyum-senyum sendiri?! Waeyo, hyung?” dia memukul punggungku dengan tangannya yang lebih besar dariku itu.

“Aish! Ne! Aku mengajaknya jalan-jalan!” jawabku dengan nada keras karena tak terima dia memukul punggungku seenaknya saja.

“aniyo, hyung. Bukan itu, kenapa kau berjalan-jalan dengan DIA? Kau berpacaran dengannya?” tanyanya kemudian.

“untuk apa bertanya? Lagipula kenapa kau menarik-narik tangan yeoja itu?” jangan-jangan Siwon memang menyukai Eunji?

“Aish! Aku sedang bertanya tentang Minkyung padanya, lalu hyung?”

“apa hubunganmu dengan Kang Minkyung?” memangnya Siwon mengenal Kang Minkyung?

“kami bertunangan,” jawabnya. Sukses mengagetkanku dan membuat mataku yang kecil ini membulat. “lalu kau dan Jung Eunji?”

“Jinjjayo?!” responku tak percaya. Ahh… kenapa dia mendahuluiku sudah bertunangan dengan seorang yeoja? Aku… berpacaran saja belum dengan yeoja itu. -__-

Siwon menagngguk kecil. “lalu hyung dengan Jung Eunji?” ulangnya.

“ara. Arasseo, aku menyukai yeoja itu, sedang mendekatinya,”

“Jinjjayo?!”

“ne, sudah ya. Aku mau tidur,” aku melangkah menjauh dan masuk ke kamarku. Aku tak mau ditanya-tanya lagi olehnya, karena Ryeowook juga pasti akan mengintrogasi aku. Belum lagi besok aku akan mengajaknya menonton.

스달 ~ !

#Minkyung

“Eunji-a! Tadi Choi Siwon menemuiku lagi,” ujarku lalu duduk di tempat tidur Eunji-eonni yang sedang bermain dengan ipad-nya di sofa.

“jinjjayo? Lalu bagaimana?” responnya. Matanya masih tertuju pada Ipad-nya.

“ne, dia minta maaf, tapi aku tak memaafkannya semudah itu,” jelasku. “ah~ iya, dia juga bilang masih menyukaiku,” tambahku senang. Tentu saja, aku juga masih menyukainya walaupun berat untuk memaafkannya. Tidak semudah itu. Namja itu tahu caranya agar aku memaafkannya.

#Leggo everybody on the left~ everybody on the right~ Everybody everybody in the house~ say~ lalalalala oh lalalalalala~#

Handphone Eunji-eonni berbunyi dan bergetar hebat, dia langsung mengangkatnya, “yeobosaeyo, ohh. Eomma, ne? …. ne? besok? Jeju? … ne, eomma, oppa juga? …. ne, annyeong,” jawabnya di telepon. “Kyungie-a, besok aku menginap di rumah,”

스달 ~ !

#Eunji

“Aish~ Ajussi! Kemarin kan sudah jalan-jalan! Mau kemana lagi? Hari ini aku harus pulang ke rumah!” jawabku pada namja yang hari ini mengajakku pergi lagi. Padahal kemarin sudah seharian berputar-putar di Myeongdong.

“pulang ke rumah? Wae?” tanyanya.

“emma dan appa berlibur ke Jeju, aku dan oppa harus jaga rumah dan memberi makan ajingku, juga ikan eonni dan burung appa,” jelasku. Kenapa aku harus menjelaskan panjang begini? Apa urusannya dengan dia?

“dengan oppa-mu? Hanya berduaan?” tanyanya lagi. Kenapa cia cerewet begini? “Aku akan mengantarmu pulang, ayolah,” tawarnya.

Namja ini kenapa memaksa mengajak jalan-jalan terus? “memang mau kemana sih?”

Dia mengacungkan dua lembar kertas, “menonton. Hanya hari ini, ayolah,”

Ada apa dengannya? Tak biasanya dia memaksa-maksa begini, “baiklah, tapi jangan malam-malam. Aku harus memasak untuk oppa,”

Yesung-oppa-ajussi-sunbae tersenyum puas lalu menarik tanganku, “kajja,”

스달 ~ !

#Minkyung

“Minkyung-ssi, ada kiriman untukmu,” Yoon-oppa membawa buket bunga mawar berwarna pink yang di idibalut cantik dengan pita berwarna putih.

To My Pincess, Mianhaeyo.

-Choi Siwon

Omo… haruskah aku memaafkan namaja ini sekarang? Dia memang tahu bagaimana caranya meluluhkan hatiku. Manis sekali mengirim bunga ini untukku.

스달 ~ !

#Eunji

“ajussi, wae? Gwaenchanayo?” Yesung-oppa-ajussi-sunbae menyentuh kepalanya lemas, wajahnya pucat.

“aniyo, gwaenchana,” namja itu tersenyum. Kenapa dia selalu tersenyum di saat seperti ini juga? Dengan wajah pucat seperti itu? “kajja, tunjukkan jalan ke rumahmu,” ujarnya ketika sudah siap menyalahkan mesin mobilnya setelah tadi menonton film yang begitu sedih yang dia pilih itu. Sepenjang film dia menangis karena film itu.

Handphone-ku bergetar hebat, oppa menelpon. “oppa, wae? … ne, oppa, aku sedang di jalan, sebentar lagi sampai, … ne.” aku menutup telepon dan kembali menunjuk jalan.

“ajus—oppa, jinjja gwaenchanayo?!” pekikku panik melihat namja itu hampir kehilangan kesadarannya. Untung saja dia mengemudi bukan di jalan besar.

“ne,” dia berusaha fokus pada jalan sana.

“itu, di sana,” aku menunjuk rumahku yang sekarang sudah tinggal beberapa meter lagi.

Setelah sampai di rumahku, namja itu menarik nafas lemas, keringatnya terus mengalir dan wajahnya semakin pucat.

“oppa, appeo?” aku menyentuh keningnya, tak lama aku menariknya lagi karena merasakan panas sekali dari tubuhnya.

Dia memejamkan matanya lemas di balik kemudi. Dia benar-benar sakit.

Namja itu malah membuka pintu mobil dan berputar untuk membukakan pintu mobilnya untukku dan tersenyum menatapku. Igeo namja…

Aku keluar dari mobilnya, tak lama dari itu namja itu kehilangan kesadarannya dan terjatuh lemas memelukku yang masih berdiri di depan mobilnya. Dia pingsan. Eotthokaji?

“YAA!! OPPA!! JUNG BYUNGHEE!! PALLI KELUAR!!” aku berteriak panik dan tak kuat menahan tubuh namja ini.

“Wae, Eunji-a?!” byunghee-oppa baru keluar setelah aku berteriak-teriak di depan rumah sekeras mungkin. “Yesung-hyung?”

“palliwa! Cepat bawa dia ke dalam! Demamnya tinggi!” ujarku yang lalu dituruti oleh oppa-ku itu.

Setelah Byunghee-oppa mengangkat Yesung-oppa yang pingsan di pelukanku itu, oppa cepat-cepat membawanya ke kamarnya. “telepon ke managernya, atau member Super Junior yang lain.” tukasnya.

Aku menggeleng pelan, “aku tidak punya nomornya,” jawabku pelan. “handphone-nya?” aku menunjuk Yesung-oppa.

Sekilas Byunghee-oppa atau G.O-oppa meraba kantung celana Yesung-oppa, “tidak ada,”

“aish, eotthokhe?” rutukku dalam hati.

“sudahlah, biarkan saja dia di sini malam ini, demamnya tinggi. Eunji, rawat dia ya.” Byunghee-oppa mengelus kepalaku pelan, “jangan lupa masak! Aku lapar!” lanjutnya.

“ne,” aku bergegas ke dapur dan memasak makanan yang mudah di buat dengan cepat sambil memasak bubur untuk namja itu.

#Yesung

“oppa,” suara yeoja yang kukenal menyadarkanku, kepalaku sakit. “makan ini dulu, nati makan obat,” ujarnya. Aku tak tahu ada di mana. Aku hanya menurut, tapi rasanya untuk bangun saja aku lemas sekali.

“pusing,” rintihku lemas. Tanpa kalimat apapun, Jung Eunji membantu aku untuk bangun lalu menyuapi aku bubur. Apa aku berhalusinasi? Apa karena sakit aku jadi berhayal seperti ini? Apa ternyata yang menyuapi aku Ryeowook? Mimpi ataupun bukan, kalau begini aku lebih baik sakit (-__-) hahaha.

“nah, makan obat lalu tidur oppa,” ujarnya.

Aku hanya menuruti semua perkataannya lalu mengistirahatkan kepalaku yang sangat pusing karena demam ini. Kenapa demam ini semakin parah? Padahal tadi pagi tidak seperti ini, jadi aku memaksa untuk pergi hari ini.

#Byunghee

Bagaimana bisa dongsaengku pulang bersama Yesung-hyung? Bahkan namja itu ada di pelukkan dongsaengku. Aneh sekali, bisa-bisanya dia mendekati dongsaengku. Padahal aku sudah bilang, jangan terlalu dekat dengan namja yang tidak di kenal. Karena itu dongsaengku tidak pernah ramah kepada seorang namja.

“Eunji-a,” aku memanggil dongsaengku yang sedang merawat Yesung-hyung dari tadi. Tak ada jawaban dan respon apapun?

Perlahan aku membuka pintu kamarku dan melihat dongsaengku tertidur duduk di sebelah tempat tidurku karena kelelahan. Aku mengambil selimut miliknya dan menyelimutinya.

Aku tahu, Yesung-hyung menyukai dongsaengku. Ternyata walaupun aku sudah meminta Eunji untuk tidak dekat-dekat dengan namja dan bersifat dingin pada namja, ada juga namja yang bisa menyukainnya.

스달 ~ !

#Yesung

Kepalaku masih sedikit pusing ketika aku membuka mataku, sinar matahari masuk melalui celah-celah tirai yang tertutup tapi tak rapat.

Baru aku sadari yeoja itu tertidur dengan posisi terduduk di lantai sebelah tempat tidur ini dan kepalanya di sebelah tanganku.

Beberapa menit aku hanya menatapnya, aku memindahkannya ke tempat tidur tempat aku tidur ini. Ini kamar siapa?

“Ya! Yesung-hyung!” panggil seorang namja dari belakang punggungku. Jung Byunghee berdiri di belakangku sambil menyilangkan tangannya. “Sebenarnya ada banyak yang ingin aku tanyakan padamu, tapi karena aku ada kegiatan siang ini, aku harus pergi dulu sekarang. Kau jaga dongsaengku ya!” ujarnya.

스달 ~ !

#Siwon

“bunga ini,” aku menunjuk mawar berwarna putih yang akan kuberikan pada yeoja tunanganku, “pitanya warna pink,” pintaku. Aku menuliskan sesuatu pada secarik kartu kecil.

Dear my princess, jeongmal mianhaeyo.

Saranghae.

-Choi Siwon

“Kirimkan ini pada Kang Minkyung ya,” aku memberi nama yeoja itu seperti kemarin. Kuharap dia akan memaafkanku. Tapi dia belum juga menunjukkannya.

스달 ~ !

#Eunji

Aku terbangun dari tidurku. Aku ada di kamar oppa dan seorang namja tersenyum padaku. Yesung-oppa.

“Sudah bangun?” tanyanya pelan.

“Ajussi sudah sembuh?” aku menyentuh keningnya. Syukurlah sudah tidak panas. “mana oppa?”

“sudah pergi, katanya ada acara,” jawabnya, “aah~ aku lapar, ayo kita makan,”

Aku menggangguk pelan, aku juga lapar. Kami beranjak dari kamar oppa menuju dapur mengeluarkan roti dan selai untuk sarapan kami.

Secarik kertas tertempel di kulkas.

Eunji-a, malam ini masak lebih banyak ya.

Tambahan untuk 4 orang lagi.

Dari oppa, mungkin para member MBLAQ akan makan malam di sini juga hari ini.

Tapi kulkasnya kosong. Hanya ada satu butir telur dan air putih.

“kosong? Ayo kita belanja!” ujar Yesung-oppa tepat di belakangku. Dia menarik tanganku, “kajja,”

스달 ~ !

#Yesung

“Yesung-hyung! Dari mana saja?! Kau tak pulang semalam! Kami semua cemas, hyung! Mana tidak bawa handphone lagi!” cercah Ryeowook. Baru saja aku melangkah masuk ke dalam dorm. Semua member ternyata sedang menungguku di depan pintu.

“Yesung-a, kenapa kau tidak bawa handphone?” ujar Leeteuk-hyung. “Yesung-a?” ulangnya.

Bagaimana aku mau menjawab?

“jeongmal jwaesunghamida,” ujarku pada para member yang lain. “aku menginap di rumahku kemarin dan handphone-ku tertinggal,” jelasku. Mianhaeyo yorobeun… aku harus berbohong.

Kyuhyun menarik tanganku menjauh dari yang lainnya, “hyung, igeo…” dia memperlihatkan sebuah artikel di internet.

‘Yesung ‘Super Junior’ menonton dengan seorang yeoja?’

“omo! Gawat! Bagaimana ini? Ada fotonya tidak?”

Bagaimana kalau Eunji ketahuan publik? Bagaimana kalau ini jadi skandal seperti yang dibilang Ryeowook? Bagaimana kalau aku jadi tidak bisa bertemu yeoja itu lagi?

“jadi, hyung bersama dia kemarin?” bisik Kyuhyun.

“ne, aku pingsan ketika mengantarnya pulang, jadi aku menginap di rumahnya,” jawabku dengan berbisik juga.

“hmm… jadi begitu, Yesung-a?” Leeteuk-hyung tiba-tiba muncul di antara kami, “kenapa berbohong?”

“mianhae, hyung. Kemarin aku memang habis menonton bersama dia. Lalu karena demam, aku pingsan di rumahnya…” ujarku jujur.

“kenapa tidak bawa handphone?” tanyanya ulang.

“aku tak mau diganggu,” jawabku. Kali ini benar. Karena aku tak mau ada yang menggangguku ketika sedang bersama yeoja itu.


—To Be Continued…

-D.

0 comment:

Post a Comment